Minggu, 31 Mei 2009

Fajar Yang Terdiam


Diam dan menunduk itu yang kulakukan di kenyamanan pagi yang masih buta ini. Air hujan semalaman telah mengguyur pekarangan rumah yang penuh ditumbuhi rerumputan. Berlahan kubuka jendela kamar. Segar menyerbu tubuhku yang kurus kering. Sedangkan aroma tanah diam-diam menyentuh bulu-bulu halus hidungku. Sembari menikmati semilir angin, kubiarkan hawa sejuk membelai wajahku dengan kemesraan yang ditawarkannya.

Pagi ini sengaja aku tidak turut serta ibu kepasar seperti biasanya. Atau sekedar ikut berbena di dapur dan membersihkan rumah. Aku sudah sibuk dengan diriku sendiri. Sesuatu telah bertamu di bilik hatiku hingga resah tak menentu. Bingung. Hmm... Aku harus berbenah bisiku dalam diam. Tak mau begini terus. Penantian tanpa mengayuh di tengah lautan sangat sulit menentukan kapan bertepi. Berlayar tanpa tau kemana akan berlabu. Tak tahu arah? Benarkah aku kebingungan tanpa tau akan kemana? Bukan. Tepatnya bukan tiada tau akan kemana. Tapi bagaimana? Bukan. Bukan bagaimana juga kata yang tepat untuk melukiskannya. Sulit. Karena bagiNya tiada satu katapun bisa tuk wakilkan perasaanku yang diliputi rasa ingin berlari dan memelukNya dari keterpurukan jiwa yang terpasung tabiat buruk. Hingga kata kemana dan bagaimanapun hanya membuatku berada dalam kepersimpangan yang membingungkan.

Tercekal diri dalam kungkungan ego dan nafsu yang membuai, membuat jatuh dalam penyesalan yang dalam. Stagnasi. Diam di tempat. Bahkan mundur. Tiada kemajuan dalam merubah diri arah kebaikan. Mengapa hanya seperti ini?? Mengapa masih banyak kebodohan yang kulakukan?? Mengapa masih banyak mengumbar ego diri untuk bisa menang sendiri??Mengapa masih ngerumpi yang menjadi hobbie?Mengapa waktu terbuang sia-sia tanpa mau peduli??Mengapa??!! Ingin berlari meninggalkan yang membelenggu. Ingin menceraikan semua kejahilan dalam diri. Ingin berdiri menapakan kaki untuk terus berjalan menyongsong Rahmat Ilahi. Tapi kembali terkungkung tubuhku dalam gairah nafsu yang memburu. Kemalasan membelenggu. Kantuk menggoda hingga sulit untuk terjaga kala malamNya telah tiba. Gairah laparpun merayu melepaskan diriku dari nikmatnya puasa yang semestinya kurasakan. Lidah mengobral kesana-kamari tanpa ada nilai yang berarti. Mata lelah dengan asyiknya tontonan televisi, sampai lupa mengaji. Banyak bercanda dan tertawa hingga lupa siapa diri dan bagaimana nanti. Apa ini??!!! Mengapa tak kunjung bisa aku keluar dari belenggu nafsu dan nikmat yang menipu?? Asstaqfirullahal adziim…..

Kuambil sebuah majalah yang berada ditumpukan buku-bukuku. Kubuka lembar demi lembar. Kucoba mencari kata-kata yang bisa wakilkan perasaanku saat ini. Hingga aku terhenti dalam rubrik ‘Dari Redaksi’ yang berjudul ‘jangan janji saja’.

“Setiap hari berganti, setiap bulan berganti, setiap tahun berganti tahun, barangkali anda berjanji terhadap diri sendiri, untuk lebih baik dari kemarin. Tetapi kenapa setiap janji itu selalu anda langgar sendiri, anda remehkan kata hati anda ketika berjanji, anda biarkan segalanya lewat dengan kemuraman hati?
Kali ini tidak lagi. Tidak lagi hanya berjanji. Tidak lagi membiarkan diri mengulang kesalahan, dan mendiamkan kebaikan kita. Coba, agendakan syukur, ridho, ikhlas, tawakal, cinta kepada Allah dan Rasul lebih hebat dari hari-hari berlalu anda. Coba pula agendakan sifat-sifat buruk anda, iri, dengki, cemburu, takabur, takjub, mudah tersinggung, emosiaonal, dan sejumlah kemalasan dan sikap memanjakan nafsu anda, sebagai bagian dari agenda hitam yang harus anda hapus.
Coba pula berbaik sangka kepada Allah sebagai keharusan diri, lalu berbaik sangka kepada yang lain, sebagai prioritas dalam memulai hubungan dengan Allah dan sesama.
Cobalah untuk lebih yakin bahwa cita-cita anda di dunia ini adalah berselaras dengan KehendakNya, bukan jauh-jauh dariNya, bukan merekayasa keinginan anda sebagai keinginanNya.”

Bagaikan tertabrak truk dengan muatan besi berton-ton beratnya. Hancur berkeping-keping. Lebur hingga sulit dikenali. Sesak nafasku tersengal-sengal mencoba untuk bertahan. Pandangan pudar seiring genangan mata air yang menyembul tiba-tiba dari tepian kelopak mata. Jatuh dan menganak sungai. Sang Fajar yang menyingsing mengintipku dari jendela kamar, terkesima dan terdiam mendengar lantunan tangis hatiku...

Ya Allah....ya Rabb....
Engkaulah Tuhan yang ampunanMu melebihi dosa-dosa hambaMu
Engkaulah Tuhan yang senantiasa membuka pintu taubat dan menerima yang ingin kembali padaMu
Engkaulah Tuhan yang selalu merindukan hambaMu...
Engkaulah Tuhan yang selalu mengepakkan sayap cintaMu...
Engkaulah Tuhan yang RahmatMu melebihi murkaMu...
Ya Allah...ya Rabb....
Engkaulah Tuhan yang tiada pernah berhenti mengurusi hamba-hambaMu...
Engkaulah Tuhan yang tiada pernah menolak disetiap permintaan....
Engkaulah Tuhan yang selalu terjaga dan mengawasi hamba-hambaMu....
Engkaulah Tuhan yang Maha Mulia dari segala kemulyaan yang ada....
Engkaulah Tuhan yang senantiasa setia melimpahkan rejeki meski hambaMu mengingkari....
Ya Allah...ya Rabb...
Engkaulah Tuhan yang penuh kasih dari yang terkasih.......
Engkaulah Tuhan tempat berlabunya tiap-tiap kerinduan......
Engkaulah Tuhan tempat bermuaranya tiap-tiap hati yang kasmaran....
Engkaulah Tuhan yang senantiasa memberi tanpa pernah menolak dan meminta balasan......

Ya Allaah....…kini hamba datang dengan segala kebodohan dan ketidakberdayaan....
Hamba bingung dalam keterpurukan keyakinan padaMu. Hamba melangkah terseok-seok, terjatuh dan bersimbah peluh. Seakan-akan hamba merasa sudah tidak sanggup lagi. Mencoba untuk bangkit dan melawan, tapi.... hamba terjatuh lagi. Asstaqfirullahal adziim...

Ya Allah...terbesit hati hamba ingin mencintaiMu, hamba ingin mencintai RosulMu, hamba ingin berada dalam jalanMu yang lurus, terang, dan bertaburan RahmatMu. Tapi hamba terseret dan terbawa dalam putaran arus yang menjauhkan diri hamba daripadaMu. Hamba malu padaMu ya Rabb...

Ya Allah...hamba terbelit dalam kemalasan dan jatuh dalam kubangan dosa-dosa yang terus hamba lakukan meski hamba tahu itu Engkau melarangnya. Bukan ya Allah. Bukan hamba menghianatiMu. Bukan hamba mengingkariMu. Bukan hamba melawan dan menantangMu. Bukan ya Rabb...
Semua terjadi karena kebodohan hamba. Semua terjadi karena hamba tak berdaya. Semua terjadi karena hamba merasa hamba mampu melawannya. Hamba merasa hamba yang akan menghadapinya. Hambalah sang pelakunya. Padahal...Engkaulah yang punya kuasa, Engkaulah yang punya daya. Engkaulah yang punya kekuatan. Engkaulah yang tak terkalahkan. Engkaulah Sang pelaku.

Ya Allah...ya Rabb... Tiada satupun kebaikan yang sanggup hamba lakukan tanpa Engkau memberi kekuatan pada hamba untuk mampu melakukannya. Dan sedikitpun tak akan sanggup hamba menahan diri dari tidak melakukan keburukan, kebodohan, kehinaan, kemaksiatan, tanpa Engkau memberi kekuatan pada hamba untuk mampu menahan diri dari tidak berbuat itu semua. Beri kekuatan hamba ya Allah...beri kekuatan hamba....

Ya Rabb...Tuhanku yang satu, yang tiada Tuhan selain diriMu... Engkau telah menciptakan hamba sedemikian bagus dan indahnya. Engkaulah yang telah mengurus setiap urusan hamba. Engkaulah yang melimpahkan dan mencukupi rejeki daripada hamba, Engkaulah yang mampu menyelamatkan hamba. Engkaulah yang mengangkat, dan Engkau pula yang menjatuhkan, Engkaulah yang memuliahkan dan Engkau pula yang menghinakan. Engkau yang memberi Cahaya, dan Engkau pula yang memberi kegelapan.

Ya Allah....Engkau yang membuka dan menutup hati hamba-hamba yang Engkau kehendaki. .Engkau yang menuntun kepada CahayaMu hamba-hamba yang Engkau kehendaki... Hamba mohon ya Allah.... Jadikan hamba termasuk dalam golongan hamba-hamba yang Engkau kehendaki untuk mendapatkan ampunanMu bukan adzabMu, mendapatkan penjagaanMu bukan pencampakanMu, mendapatkan RahmatMu bukan murkaMu, mendapatkan cintaMu bukan kebencianMu, menjadi hamba yang Engkau kasihi bukan yang Engkau musuhi.

Ya Allah...Jadikan debaran hati ini hanyalah karenaMu, jadikan gerak tubuh ini pun hanya karena ketaatan hamba daripadaMu...bukan karena nafsu juga bukan karena selainMu. Selamatkan hamba dari diri hamba sendiri, dari nafsu hamba, dari selainMu...

Ya Allah.....Tuhan yang Maha Agung... hamba berserahdiri hanya padaMu....hanya padaMu...ya Rabb. Engkaulah Sang penguasa, sedangkan hamba tak berdaya... ...maka terimalah hamba yang berserahdiri padaMu.... Amien yaa Robbal 'alamiin....
Bulir-bulir kepongahan retak lalu pecah berkeping-keping. Lemas tubuhku menahan gejolak jiwa dalam basuhan lembut kasihNya. Genangan air di pelupuk mata berderai melimpah ruah mengalir menganak sungai di sela-sela pipi yang mengkerut karna keras menggigit bibir yang bergetar. Kutarik nafas panjang dan menghirupnya dalam-dalam. Berlahan kulepaskan dengan segala kepasrahan. Ada yang pergi ada yang menghampiri. Hawa dingin menyelusup begitu saja menggantikan keresahan dalam bathinku. Tenang, damai dan bahagia jiwa yang bertelekan dalam jaminanNya... Sang Fajar berkejap lalu tersenyum manis padaku. Tetap dalam diam dia lalu melantunkan kalam dari yang menciptakannya....

”Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Dia-lah) Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakkal kepada Allah saja. Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)."
(QS. An Nahl : 119, At-Taghaabun : 13, An Nahl : 99, An Nahl : 102)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar