Selasa, 14 Desember 2010

Pilihanku

“Ayoo belanja fit…! Minta uangnya lima ribu”
“Hehehe…mana cukup bu belanja uang lima ribu aja”
“Ya cukup…di cukup cukupkan.. mana, minta uang lima ribu!”
“Tukang sayurnya belum datang bu…lagian fitri kan uda masak”
“Belanja apa gitulho fit.! Masa’ kita ga belanja. Ya harus belanja buat masak”
“Kan sudah masak bu..”
“Iyaa..fit. tapi kan ya harus belanja. Minta uangnya lima ribu!”
“Kita kan uda masak… ibu tadi juga sudah sarapan kan.. ikan apa tadi buu..?”
“Ikan apa yaa…lupa fit”

Itulah percakapanku dengan ibu pagi ini. Dan memang hampir setiap saat akan seperti itu. Selalu tarik-tarikan otot dulu.. Mencoba memberi penjelasan dan pengertian pada ibu, yang ada biasanya malah ibu nadanya tinggi. Akhirnya aku memilih diam dan mengalah.

Semenjak bulan Ramadhan yang lalu, Ibu menderita sakit Stroke. Ada penyumbatan di pembuluh darah di otak. Efeknya tangan dan kaki kiri ibu melemah. Daya ingat dan kesadarannya juga turut melemah. Sering seperti anak kecil lagi. Mudah lupa. Bersyukur ibu masih mampu berjalan mesti pelan-pelan.
Padahal masa pensiun ibu masih cukup lama. 7 tahun lagi. Yang ada sementara ini kami mengajukan cuti sakit. Entah sampai kapan.

Seharian dirumah nemenin ibu, ternyata bukan pekerjaan yang mudah untuk dijalani. Apalagi bukan hanya untuk sehari dua hari. Yaah…akulah yang bertugas menjaga ibu. Keluar dari pekerjaan dan duduk manis dirumah. Hal yang tidak pernah kubayangkan. Kebiasaan dan sifat aktifku seakan diblokade. Gerakku tak sebebas dulu. Tak heran rasa bosan sering mengintip dan menghampiriku. Bete.Terlebih pada saat ibu susah diberi pengertian ataupun diingatkan. Dadaku ada yang menghantam dan mau meledak. Bersyukur malaikat di pundak kananku senantiasa setia menyirami dengan air tak berbui. “hmmm…ibumu sedang sakit fit. Kasihan.. Kamu harus sabar…” itu yang sering dia sampaikan padaku.

Tapi ini sudah jadi keputusanku. Sudah jadi jalan yang kupilih. Memilih keluar dari pekerjaan dan merawat ibu. Karena hati kecilku tidak bisa menerima melihat suamiku yang menjaga ibu dirumah dan tidak bisa melanjutkan usahanya, sedangkan aku yang keluar rumah untuk bekerja. Mencari orang untuk menjaga ibu juga sulit dan harus pilih-pilih. Jadi ya sudah...apapun itu resikonya, aku harus bisa dan kuat menjalani. Apalagi jiwa-ku pun berontak saat aku harus jadi karyawan lagi. Dengan jam-jam yang harus dipatuhi. Hughh...sudah tidak tahan. Ingin menekuni usaha sendiri saja. Tidak ada aturan yang mengekang kecuali aturanku sendiri.

“Fit…aku ini berangkat diantar siapa?” ibu membuyarkan lamunanku
Terlihat ibu dengan baju yang tidak benar cara pakainya, dan jilbab terbalik telah berdiri di depanku. Dengan membawa tas yang berisi barang-barang yang seharusnya tidak dibawa, ibu merasa siap untuk berangkat kerja.

“Ibu mau kemana?”
“Ya kerja fit…aku sama siapa, sama kamu ta? Ayoo..”
“Ibuu.. ibu masih libur. Ibu kan masih sakit.” Kucoba memberi penjelasan.
“Iyaa…tapi kan ya harus kerja fit. Masa’ ga kerja”
“Masa’ kerja pakai baju gitu. Mana jilbabnya kebalik lagi…”
“Masa’ sih… ndakpapa wis…aku ini berangkat sama siapa..? Ayoo fit..!”
“Ibu nanti kerja sama fitri aja..tapi dirumah”
“Kerja apa?”
”Ya apa aja, pokoknya dirumah. Kerja dirumah.” kucoba merayu dan mengalihkan
”Ya uda..Tapi bener ya...? ”
”Iyaa.."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar