Selasa, 26 Mei 2009

Hakikat Cinta

Hakikat Cinta? Tak ada yang sanggup menjawabnya. Cinta laksana wujud. Pengertiannya sangatlah jelas namun hakikatnya amatlah misterius. Ia bukanlah esensi yang dapat diuraikan sebagai produk dari komposisi genus dan deferensia.

Cinta adalah suatu terma yang amat gamblang dan hanya bisa diperlakukan sebagai sebuah terma ontologis dan eksistensia. Al-Ghazali, "cinta" laksana sebatang kayu yang baik. Akarnya tetap di bumi dan cabangnya di langit. Getaran jiwa dan reaksi fisikal, seperti berkeringat atau gemetar atau menangis adalah akibat dari cinta, seperti asap yang merupakan akibat dari api, dan buah bagi yang diakibatkan oleh pohon."

Ibn 'Arabi, seorang sufi yang meyakini cinta sebagai agama dan imannya, berkata, "Siapapun mendifinisikan cinta, pasti belum mengenalnya. Siapa pun belum pernah merasakan seteguk saja air cinta, masih belum pernah mengenalnya. Siapa pun merasa kenyang meminum air cinta, hanya menghibur diri, karena ia belum jua mengenalnya. Ketahuilah, cinta adalah minuman yang tak pernah memuaskan pecandunya."

Cinta hanya bisa dipahami melalui pengalaman personal. Namun hakikatnya mustahil direngkuh hanya dengan sekali percobaan. Manusia tak mungkin mengarungi dan menggapai cinta sejati, karena cinta merupakan jalan tak berujung, juga tak terhingga. Cinta tak pernah memuaskan pencandu yang selalu dicekik dahaga.

Cinta laksana desir angin yang tak ditangkap dengan indra, tak bisa dan tak perlu didiskusikan, dialogikan apalagi diperdebatkan. Cinta hanya perlu dinikmati, dihayati dan dijalankan. sebagai angin, kita hanya mampu merasakan kehadiran cinta dalam jiwa.

Indahnya Cinta...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar