Sabtu, 23 Mei 2009

Hikmah 1

" Setengah dari tanda bahwa seorang itu bersandar diri pada kekuatan amal usahanya, yaitu berkurangnya penghargaan terhadap rahmat karunia Allah ketika terjadi padanya suatu kesalahan/dosa."

Siapa sih yang tidak pernah melakukan kesalahan/dosa dalam hidup ini?. Semua manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Baik itu manusia pintar, manusia bodoh, manusia cerdik, manusia cerdas, atau manusia jenius sekalipun pasti pernah melakukannya. Namun hal yang terpenting adalah bagaimana kita memandang dan menghadapi kesalahan/dosa yang telah kita lakukan.

Laa haula walaa quata illa billaahi : "Tidak ada daya dan kekuatan melainkan dari Allah"
Hal ini akan menuntun kita untuk meyakini dan mematri dalam hati bahwa kita sesungguhnya tidak berdaya. Keberdayaan kita hanyalah karena Allah yang memberi kita kekuatan. Kita bisa makan karena Allah memberi kekuatan untuk makan, kita bisa bekerja karena Allah telah memberi kita kekuatan untuk bekerja, kita bisa berprestasi juga karena Allah memberi kita kekuatan dan kemampuan untuk berprestasi, kita bisa kaya raya karena Allah melimpahkan rahmat kekayaan-Nya atas kita. Jika kita sudah meyakini bahwa kita sesungguhnya tidak berdaya dengan diri kita ini, dan hanya Allahlah yang mampu memberikan karunia rahmat-Nya atas kita untuk bisa dan bisa apapun itu, lalu mengapa disaat kita melakukan kesalahan/dosa hati kita diselimuti kemurungan yang berlebihan hingga berkurang harapan kita akan turunnya Rahmat Karunia Allah di esok hari?

Jangan pernah bersandar pada amal perbuatan kita mesti itu perbuatan baik adanya, melainkan bersandarlah pada Allah yang menciptakan amal dengan memberi kekuatan kita untuk melakukan amal tersebut.

Contoh sebuah ilustrasi yang menunjukan bahwa kita masih bersandar pada amal:
Kita adalah seorang yang istiqomah menjalankan sholat tahajud pada malam hari. Dengan harapan kita mendapatkan rahmat dari Allah dan bisa lebih dekat dengan karunia-Nya. Pada satu kesempatan kita terlalu lelah sehingga bangun kesiangan dan tidak bisa menjalankan sholat tahajud. Kita merasa menyesal, dan merasa Allah pasti marah dan tidak suka dengan kesalahan/dosa kita.

Nah! kisah diatas menunjukan kita masih bergantung pada amal kita. Kita lupa bahwa amal yang kita lakukan itu semata-mata bukan untuk Allah. Justru amal yang kita lakukan itu sesungguhnya karunia dari Allah. Allah tidak butuh amal kita. Kita yang membutuhkan Allah. Allah terlalu murah bila bisa kita bayar dengan amal ibadah kita yang bila dihitung dengan timbangan karunia nikmat yang telah Allah berikan, tidak akan mampu menandinginya. Persis dengan lagunya Crisye "Jika surga dan neraka tak pernah ada...akankah kita tetap menyembah-Nya????"

Sebaik-baik manusia adalah mereka yang berilmu, dan sebaik-baiknya ilmu itu yang diamalkan, sedangkan sebaik-baiknya amal itu yang diiringi dengan keikhlasan. Barang siapa yang beramal dengan ikhlas karena Allah, tidak akan pernah berkurang dalam mengharapkan rahmat Allah.

"Ini semata-mata dari karunia Tuhanku, untuk menguji padaku, apakah aku bersyukur (terimakasih) atau kufur (mengingkari bahwa itu dari Allah). Maka siapa yang bersyukur itu dirinya. Dan siapa yang kufur, maka Tuhanku dzat yang terkaya lagi pemurah (tidak berhajat sedikitpun dari makhluknya, bahkan makhluklah yang berhajat kepada-Nya")
(QS. An-Naml :40)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar