"Keinginan untuk tajrid (melulu beribadat, tanpa berusaha dunia), padahal Allah masih menempatkan engkau pada golongan orang-orang yang harus berusaha (kasab) untuk mendapat kebutuhan sehari-hari, maka keinginanmu itu termasuk syahwat hawa nafsu yang samar(halus). Sebaliknya keinginanmu untuk berusaha kasab, padahal Allah telah menempatkan dirimu pada golongan orang yang melulu beribadat tanpa kasab, maka keinginan yang demikian berarti menurun dari semangat dan tingkat yang tinggi."

Toh, walau kita bekerja cari uang itu juga bisa kita jadikan ibadah kepada Allah selama niat kita benar. Bukan hanya menimbun harta dan ingin menjadi kaya raya dan memiliki kekuasaan. Hati-hati dengan nuansa hati yang sering tanpa kita sadari hal itu bisa membelokan keimanan dan keikhlasan kita terhadap ketentuan yang telah Allah berikan untuk kita.
Sama halnya dengan kondisi dimana apabila Allah telah menempatkan kita pada tempat tajrid (hanya beribadah terus, tanpa bekerja), lalu kita memandang bahwa kita harus juga memperhatikan dunia kita sehingga kita perlu kerja. Nah! disini kita juga tergoda dengan halus sekali. Dan hal ini bisa menurunkan kita dari maqam atau derajat yang tinggi.
Ibarat pepatah yang mengatakan "Rumput tetangga lebih hijau daripada rumput rumah kita". Begitu juga dengan keimanan dan nuansa hati kita yang sering berbolak-balik. Kita masih merasa tempat orang lain lebih baik buat kita, dan tempat kita tidak layak untuk kita tempati. Padahal Allah Swt telah menempatkan kita pada sebaik-baiknya tempat. Oleh karena itu terima dan bersyukurlah.
Jalani hidup ini bagaikan air yang mengalir, karena Allahlah Sang Penentu yang tidak bisa kita paksa. Allah berbuat sekehendak hati-Nya.
"Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan."
(QS. Al An'aam:88)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar