Selasa, 01 Februari 2011

"Bunda Cemburu"

Tenggelam dalam kesibukan bersih2 rumah pagi ini aku dikejutan dengan dering HP memanggil meraung-raung. Kuhampiri dan kuterima panggilan dari mbakyu-ku.

“Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikumsalam.. Dik, kamu belum telepon ibu ya…? Kamu ini… Ibu marah-marah itulho..! Barusan Ibu telp aku. Marah-marah karena kamu nggak ngabarkan keadaan ibu. Lha wong masih sehari kontrol ke rumah sakit aja koq ya rame ibu itu… wis emboh . ibu ngomong nggak karu-karuan itulho … Marahnya sama kamu, tapi aku yang kena semprot ini…!!”

Hatiku terasa ada yang menghantam. Sakit dan berat. Mana mbakyu ngomong panjang sekali. Aku mendengarkan dengan mata kedip-kedip bingung.

“Lho…?! Aku itu uda telepon mbak… Tapi ke mas Toto. Lha ibu kerumah sakit kan diantar sama mas. Aku juga sudah Tanya kabar nya. Lha kata mas masih belum ketahuan hasilnya. Masih besok. Lagian atiku wes tenang karena ibu sudah ada yang ngantar. Aku kan ga bisa,lha wong aku ngerawat mertuaku yang sakit juga…masa ga mau ngerti?” jawabku sedikit membela diri. Tapi memang begitulah kenyataannya. Aku sudah memastikan bahwa mas Toto sudah mengantar dan menemani ibu.

“Itu juga..ibu tadi bilang ‘fitri itu kalau mertuanya sakit aja dirawat, diperhatikan. Aku ibunya yang melahirkan sakit jangankan datang, telepon aja enggak. Dia lebih mengutamakan mertuanya daripada ibunya sendiri!’… wes poko’nya ibu marah2 dan ngomong macem2. Sudah kamu telp sana, biar ga tambah marah.”
“Ya Allah…ibu koq sampai marah gitu seh… ya, nanti ta telp. Trimakasih mbak..”
“Ya…Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam…”

HP kumatikan. Aku terduduk lemas. Sebenarnya ini bukan kali pertama ibu marah. Ibu memang keras dan mudah marah2. Tapi setiap kali ibu marah, hatiku selalu sakit dan berat. Sungguh, demi Allah aku tidak ingin membuat ibu marah dan sakit ati padaku. Tapi memang ibu kadang sulit diminta pengertian. Kadang seperti anak kecil yang bila menginginkan sesuatu harus saat itu dituruti, tidak peduli keadaan bagaimana.

Tiba-tiba terlintas ingatanku, saat ibu berpesan untuk dibawakan barangnya yang tertinggal ditempat kostku ke rumah bulek. Saat itu hujan deras. Ibu telp marah2 karena sudah nunggu dirumah bulek tapi aku belum datang. Aku sampaikan alasanku karena hujan deras,sedang aku ga ada jashujan. Tapi jawaban ibu malah membuat hatiku meringis. “Buat orangtua, ga peduli walau hujan ya mestinya kamu tetap berangkat!” Kala itu aku turuti kemauan ibu. Dengan basah kuyup aku berangkat. Tidak peduli perjalanan yang lumayan jauh. Belajar memenuhi permintaan ibu, tapi hatiku menangis.Sepanjang jalan aku menangis ‘Ya Allah…kenapa ibu tidak mau mengerti. Mengapa ibu tidak peduli dengan kesehatanku yang bisa jadi sakit bila hujan2 begini. Mengapa ibu lebih mementingkan barangnya dan kemauannya dan tidak peduli dengan keadaanku. Hiks…’

Aku hanyut dalam lamunan dan kenangan. Namun tiba2 ada suara dihatiku, suara yang lembut tapi jelas kurasakan. ‘apa kamu fikir kamu dulu waktu masih kecil dan dirawat ibumu kamu tidak meminta sesuatu dengan tanpa mau mengerti keadaan ibumu? Bukankah kamu waktu kecil saat dirawat ibumu sering meminta saat itu juga harus ada? Tidakah kamu mengerti bahwa ibumu juga ingin kamu perhatikan sebagaimana ibumu memperhatikan dirimu waktu itu.’

‘Ya Allah…maafkan aku. Jikalau kesibukanku merawat ibu mertua yang sedang sakit ini, menjadikan aku sedikit lupa memperhatikan ibu yang sudah melahirkanku. Maafkan aku, jika aku menuntut ibu mau mengerti keadaanku namun aku tidak mau menuntut diriku untuk mau mengerti keadaan ibuku sendiri. Ya Allah…maafkan aku.. Ibu maafkan aku’ Hatiku berdesir dalam doa harap dan penyesalan. Tak kuasa beningan airmata ini membasahi pipiku.

Segera, kutelepon mas Toto untuk memastikan ibu apa sudah diantar ke rumah sakit untuk mengambil hasil lab.

“Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikumsalam…”
“Mas,ibu gimana? Hasilnya sudah ada?”
“Ini juga masih ngantri”
“Ibu marah sama aku ya mas…? Mbak koq bilang ibu marah2 karna aku ga telp?”

“Ya begitulah.. sudah ta bilangin koq kalau kamu juga sudah telp ke aku nanyakan kabar ibu. Sudah ta suruh tenang ga usah marah2 aja. Ibu itu cemburu lihat kamu merawat mertuamu. Biasalah, jadi kaya anak kecil lagi..minta diperhatikan”
“Mana ibu mas…aku ta ngomong”

“Assalamu’alaikum…” suara ibu terdengar dari sebrang
“Wa’alaikumsalam.. bagaimana bu, hasilnya belum tau ya? Ibu gapapa kan?”
“iya gapapa…wong aku masih kuat, belum dibwa ambulan koq!” jawab ibu ketus. terlihat ibu masih marah.

“Jangan gitu toh bu..maafkan aku. Kemarin lho aku juga sudah telp ke mas Toto untuk memastikan ibu ada yang ngantar dan nemenin kontrol ke rumah sakit. Semoga saja ga ada sakit yang berat. Ibu kan sering olaraga. Sakitnya ibu itu pasti kecapean aja..” kucoba mencairkan suasana.
“Ya..semoga saja..terimakash. sudah ya..ini masmu”
“mas, ibu masih marah ta?”
“Sudah, jangan diambil ati. Bentar lagi juga uda enggak.”
“Ya sudah kalau gitu. Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikumsalam..”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar