"Wahai hamba! Engkau tiada memiliki sesuatu pun, kecuali apa yang Aku kehendaki untuk menjadi milikmu. Tiada juga engkau memiliki dirimu, karena Akulah Maha Penciptanya; Tiada pula engkau memiliki jasadmu, maka Akulah yang membentuknya; Hanya dengan pertolongan-Ku engkau dapat bediri, dan dengan "Kalimat-Ku" engkau datang ke dunia ini"
Subhanallah...setiap membaca kalimat ini, hati kita akan bergemuruh hingga keangkuhan kita dipaksakan hancur dari ketinggihannya. Kesombongan mana lagi yang bisa kita pertaruhkan demi kebodohan dan kekonyolan kita. Kalau bukan karena hijab yang selalu menutupi hati kita. Semoga kita termasuk orang-orang yang diselamatkan dari tirai hijab kebodohan itu.
Pemikiran simple yang saya miliki menggiring saya pada pemahaman yang tidak begitu rumit untuk seruan diatas. Begini, bisa kita ilustrasikan dengan seorang anak balita yang masih belum cukup mengenal dan mengerti akan makna dan manfaat pisau. Dia sama sekali tidak mengetahui bahwa pisau itu bisa mengancam keselamatan jiwanya. Itu yang berarti bahwa si anak tersebut terhijab dengan pengenalan terhadap pisau.
Berbeda sekali dengan kita yang sudah benar-benar faham dan mengerti apa dan bagaimana cara menggunakannya. Hal itu sangat mempengaruhi prilaku kita terhadap pisau. Kita gunakan untuk mengupas buah, memotong sayuran, memotong roti, dsb. Kitapun jauh lebih aman terhindar dari kebinasaan yang bisa ditimbulkan oleh pisau tersebut.
Sekarang kembali lagi dengan seruan diatas. Diaat kita terhijab atau tidak mengenal dan mengerti siapa tuhan kita Allah, dan apa peranan-Nya, maka yang ada kita akan menduakan, mengabaikan, bahkan tidak merasa memerlukan pertolongan-Nya. Namun jika kita mampu mengenal dan mengerti siapa Allah dan peranan-Nya, maka kita akan bisa menerima dengan tulus hati bahwa kita memang seharusnya menyembah serta tidak menyekutukan-Nya dengan mahluk-Nya.
Hal yang terpenting dalam keimanan kita yaitu, kenali siapa tuhanmu sehingga tiada satupun alasan yang akan menentangmu untuk tidak menyembah dan bertawakal pada-Nya.

Pemikiran simple yang saya miliki menggiring saya pada pemahaman yang tidak begitu rumit untuk seruan diatas. Begini, bisa kita ilustrasikan dengan seorang anak balita yang masih belum cukup mengenal dan mengerti akan makna dan manfaat pisau. Dia sama sekali tidak mengetahui bahwa pisau itu bisa mengancam keselamatan jiwanya. Itu yang berarti bahwa si anak tersebut terhijab dengan pengenalan terhadap pisau.
Berbeda sekali dengan kita yang sudah benar-benar faham dan mengerti apa dan bagaimana cara menggunakannya. Hal itu sangat mempengaruhi prilaku kita terhadap pisau. Kita gunakan untuk mengupas buah, memotong sayuran, memotong roti, dsb. Kitapun jauh lebih aman terhindar dari kebinasaan yang bisa ditimbulkan oleh pisau tersebut.
Sekarang kembali lagi dengan seruan diatas. Diaat kita terhijab atau tidak mengenal dan mengerti siapa tuhan kita Allah, dan apa peranan-Nya, maka yang ada kita akan menduakan, mengabaikan, bahkan tidak merasa memerlukan pertolongan-Nya. Namun jika kita mampu mengenal dan mengerti siapa Allah dan peranan-Nya, maka kita akan bisa menerima dengan tulus hati bahwa kita memang seharusnya menyembah serta tidak menyekutukan-Nya dengan mahluk-Nya.
Hal yang terpenting dalam keimanan kita yaitu, kenali siapa tuhanmu sehingga tiada satupun alasan yang akan menentangmu untuk tidak menyembah dan bertawakal pada-Nya.
"Barang siapa yang mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya" (Hadist)
"Hai hamba! Kuciptakan segala sesuatu itu untukmu, maka bagaimana Aku akan rela kalau engkau peruntukkan dirimu bagi sesuatu itu. Sesungguhnya Aku melarang engkau untuk menggantungkan dirimu pada sesuatu (selain-Ku), karena Aku adalah pencemburu padamu."
"Hai hamba! Tiada antara-Ku dan antaramu antara Aku lebih dekat kepadamu dari dirimu sendiri. Aku lebih dekat kepadamu dari ucapan lisanmu, maka pandanglah kepada-Ku, karena Aku senang memandang kepadamu."
"Hai hamba! Kuciptakan segala sesuatu itu untukmu, maka bagaimana Aku akan rela kalau engkau peruntukkan dirimu bagi sesuatu itu. Sesungguhnya Aku melarang engkau untuk menggantungkan dirimu pada sesuatu (selain-Ku), karena Aku adalah pencemburu padamu."
"Hai hamba! Tiada antara-Ku dan antaramu antara Aku lebih dekat kepadamu dari dirimu sendiri. Aku lebih dekat kepadamu dari ucapan lisanmu, maka pandanglah kepada-Ku, karena Aku senang memandang kepadamu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar