Jumat, 12 November 2010

Satu Rakaat Dua Putaran

Mas Andik tetangga sebelah rumah bertandang maen ke rumah. Kami bercengkrama di ruang tamu. Biasanya mas Andik akan banyak bercerita soal sejarah Islam ataupun sejarah para nabi. Mas Andik memang suka sekali dengan sejarah ataupun kisah para sahabat nabi atupun ulama terkenal. Kalau sudah cerita begitu aku mendengarkannya dengan seksama. Takut gak ngeh karena aku sendiri tidak begitu menyukai pelajaran sejarah. Waktu sekolah dulu aku sukanya sama matematika. Paling getol kalau urusan angka-angka. Ada rasa penasaran disana. Dari penasaran itulah yang membuatku lebih cenderung memilih bidang matematika. Kalau sekarang sih sudah males pusing-pusing.

“Mas, kamu kan uda beli bukunya Agus Mustofa sampai delapan buku. Udah baca semua?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.
“Ya..belum semua Fit. Lagian itu kan bukan bukuku semuanya. Itu buku orang satu rumah. Kami patungan. Masing-masing beli dua dengan judul yang berbeda. Jadi kami bisa tukeran.”
“Oo...gitu. Dari yang aku baca nih mas, disebutkan bahwa semua ciptaan Allah ini ternyata berputar lho. Mulai dari yang besar seperti bumi kita ini berputar dalam porosnya dan mengelilingi matahari hingga membentuk galaxy. Dan dari galaxy berputar lagi mengelilingi yang lebih besar lagi super clueser. Begitu sampai tak terhingga. Sedangkan kalau dari yang terkecil atom dan inti atom, semua berputar. Dan semua berputar secara seimbang. Subhanallah...hebat ya mas?” ocehku.

“Iya hebat.... yang bikin itu semua siapa?! Kan Allah. Dan memang ternyata tidak ada yang diam di alam ini. Benda-benda padat aja, yang kita lihat sepertinya diam, tapi sesungguhnya mereka juga bergerak. Semua bergerak berputar walau tanpa kita sadari. Bumi yang kita pijak ini saja kan berputar dan kita tidak menyadarinya. Sepertinya yang berputar matahari mengelilingi kita. Padahal kita yang mengelilingi matahari. Lucu ya... seperti itu kalau kita dalam kebodohan dan tidak mengetahui kebenarannya. Pasti kita akan terkungkung dengan pengetahuan kita yang dangkal. Bersyukur Allah menunjukannya melalui para ilmuwan.” balas mas Andik melengkapi.

“Dan mas Andik tahu enggak, kalau sholat kita itu juga sebenarnya membentuk gerakan berputar. Satu rakaatnya dua kali putaran lho mas.”
“Masa sih...? kalau ini aku yang belum dengar Fit.”
“Dulu waktu pengajian ataupun pas ikut satu pelatihan aku dapatkan katanya satu kali rakaat itu satu kali putaran. Saat dijelaskan, aku gak mudeng-mudeng. Sampai selepas latihan coba nanya sama temen, dijelaskan juga gak ngerti. Masih gak jelas dan gak faham. Sampai saya itu mikir. Kok Oon banget yo aku ini.. dijelasin banyak orang tapi kok gak ngerti-ngerti. Akhirnya aku nyoba hitung sendiri. Lho...malah ketemu satu rakaatnya dua kali putaran.”

“Masa' sih....” selah mas Andik.
“Sebentar aku ambil kertas ama bolpoint.” sahutku sembari bangkit masuk mengambil bolpoint dan selembar kertas buram. Lalu kuletakan di atas meja.

“Sekarang mas Andik yang nulis, Fitri yang jelasin ya...biar nanti ketemu hasilnya. Ingetin juga kalau Fitri salah. ”
“Ok...”
“Mulai dari posisi berdiri kita ruku, disini berapa derajat? Sembilan puluh kan? Tulis mas sembilan puluh.” jelasku sambil menggerakan tangan agar lebih mudah dipahami.
“ Iya..”
“Kemudian dari ruku kita berdiri lagi kan? Ini juga sembilan puluh derajat. Tulis mas..nanti terakhir ditambahkan.”
“ Iya..”
“Kemudian dari berdiri kita melakukan sujud. Itu berapa derajat? Seratus tiga puluh lima derajat kan. Bener gak..?? kalau salah bilang. Fitri juga sambil inget-inget takut salah nih.”
“Iyaa... bener seratus tiga puluh lima derajat. Kan sembilan puluh ditambah empat puluh lima. Sudah tak tulis..”

“Terus dari sujud kita duduk berarti keposisi tegak lagi. Itu berapa derajat? Seratus tiga puluh lima derajat lagi kan. Tambah lagi ya..
Kemudian dari duduk kita sujud lagi kan? Berarti sama seratus tiga puluh lima derajat lagi. Tulis mas...jangan kelewatan. Nti ngulangi lagi kalau kelewatan..”
“ Iya...iya.. ini juga sudah ditulis dari tadi. “Sahut mas Andik sembari geleng-geleng melihat cerewetku.
“Nah...yang terakhir dari sujud kita berdiri lagi atau pun duduk dalam artian ke posisi tegak lagi. Ini sama juga seratus tiga puluh lima derajat. Wiss... lengkap. Coba sekarang ditotal semuanya mas. Ketemu berapa?”
“Sembilan puluh dua kali, ditambah seratus tiga puluh limanya empat kali. Hmm....sebentar fiit.”
“Berapa..?”

“ Ketemunya tujuh ratus dua puluh.” jawab mas Andik kemudian menatapku bingung dan menunggu. Aku tersenyum kemudian turut membukuk menekuni kertas buram di depannya.
“Satu putaran itu berapa derajat mas?”
“Tiga ratus enampuluh derajat.”
“Nahh...kan tinggal bagi aja hasilnya tadi. Berarti tujuh ratus dua puluh dibagi tiga ratus enam puluh sama dengan dua. Berarti kan dua kali putaran.” Jelasku sambil tersenyum.


“Hmm.. bener!. Dua kali putaran. Subhanallah.... ternyata sholatpun kita berputar ya...”
“Iya mas... semua berputar tidak ada yang diam. Jika kita diam, maka kita akan tertabrak. Atau jika kita melawan arus putaran....wahh....bisa berabe.” sahutku sambil mengambil makanan kecil yang kusuguhkan.
“Tidak ada yang tidak berputar. Subhanallah...” Mas Andik meneruskan dalam keterkesimahannya.

Berlanjut obrolan kami kesana kemari seakan mengikuti tiupan angin malam yang berputar dalam garis-garis yang telah ditentukanNya, Tanda-tanda yang dibentangkan oleh Allah di sekitar dan didalam diri kita, yang hanya semata untuk kita mengimani keberADAanNya. KeberADAan yang Tunggal. Yang tiada yang lain selain DIA. Yang Maha besar, Maha Agung, Maha Indah, dan Maha segala-galanya...

Rabbana.... maakhalaqta haadaa baathila, subhaanaka faqinaa a'daabannar....
Ya Rabb...
Engkau pemilik segala kuasa dan kekuatan..
Engkau yang menciptakan kami dan yang mengatur kami
Ya Rabb...
Beri kekuatan kami untuk mengikuti putaran-putaran yang telah Engkau berikan atas kami
Jangan biarkan kami terlepas dan terplanting dari garisMu
Eratkan kami dengan berpegang pada TaliMu
Tali keimanam dan ketaqwaan padaMU
Ya Allah....
Kami berserahdiri dalam putaranMu....



******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar